Jenis-jenis Majas bahasa Indonesia beserta Contoh-contohnya - Majas atau gaya bahasa adalah cara pengarang atau seseorang dalam mempergunakan bahasa sehingga menimbulkan efek tertentu. Majas bahasa Indonesia terdiri atas 4 kelompok, yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas sindiran, dan majas penegasan. Tiap kelompok majas tersebut terdiri atas beberapa jenis. Berikut jenis-jenis majas bahasa Indonesia beserta contoh-contohnya.
Jenis-jenis Majas bahasa Indonesia beserta Contoh-contohnya
A. Majas Perbandingan
Majas perbandingan adalah majas yang membandingkan dua hal yang berbeda namun dianggap memiliki sifat yang sama. Majas perbandingan terdiri atas 5 jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Asosiasi
Asosiasi adalah majas yang menggambarkan suatu objek, simbol atau situasi yang berbeda, namun dianggap sama atau mirip. Majas ini biasanya digunakan untuk menyampaikan perasaan.
Contoh:
- Hangatnya api unggun mengingatkanku pada kedamaian dan kebahagiaan.
- Dingin dan gelapnyanya malam mengingatkanku pada kesepian dan ketidakpastian.
- Suara gemericik air mengingatkanku pada kesegaran dan kebebasan.
2. Perumpamaan/ Simile
Majas perumpamaan/simile adalah majas yang mengungkapkan hal yang berbeda seolah-olah dianggap sama. Majas simile ini digunakan untuk meningkatkan deskripsi, memberikan efek khusus, dan memperkuat perasaan.Majas ini menyamakan satu hal dengan mempergunakan kata-kata pembanding: se-, seperti, bagai, sebagai, bak, semisal, dan seumpama. Oleh sebab itu majas perumpamaan ini bersifat ekspresif atau diungkapkan secara langsung.
Contoh :
- Mereka selalu bertengkar bagai anjing dengan kucing.
- Mukanya pucat seperti bulan kesiangan.
- Semangatnya keras seperti baja.
- Wajah mereka mirip seperti pinang dibelah dua.
- Larinya secepat kilat
3. Metafora
Metafora adalah majas per¬bandingan yang bersifat impresif karena tidak mem-pergunakan kata-kata pembanding. Majas metafora ini maknanya tersirat.
Contoh:
- Raja siang mengiringi pengajian itu.
- Aku ini binatang jalang.
- Ia adalah anak emas keluarganya.
- Dia adalah cahaya hidupku.
4. Metonimia
Metonimia adalah majas yang berupa pemakaian nama, ciri, atau merek sesuatu untuk menggambarkan atau menyebutkan suatu hal atau benda. Majas ini menggunakan merek dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan. Metonimia disebut juga kiasan pengganti nama.
Contoh:
- Sheila ke sekolah menggunakan Scoopy.
- Ibu diantar ayah ke pasar menggunakan kijang.
- Di sakunya terselip Gudang Garam Filter.
- Ayah menikmati Kapal Api setiap pagi dan sore hari
5. Alegori
Alegori adalah majas perbandingan yang memper¬lihatkan suatu perbandingan utuh, perbandingan itu membentuk kesatuan yang menyeluruh (cerita kiasan). Kata-kata dalam alegori biasanya mengandung pelajaran. Dalam alegori, suatu bentuk atau konsep digunakan untuk mewakili atau merepresentasikan suatu hal yang lain. Cerita kiasan seperti cerita kancil dan buaya juga termasuk alegori karena sifat-sifat dalam dongeng tersebut juga dimiliki manusia dikehidupan nyata.
Contoh:
- Berhati-hatilah kamu mendayung bahtera hidupmu, mengarungi lautan penuh bahaya, batu karang, gelombang dan badai.
- Ia datang menyinari kehidupanku.
- Cerita kancil dan buaya.
- Cerita semut dan gajah
- Cerita kelinci dan kura-kura
6. Personifikasi
Majas perbandingan yang mengungkapkan benda mati atau benda selain manusia seolah-oleh memiliki sifat manusia.
Contoh :
- Angin berbisik-bisik di kegelapan malam.
- Matahari bangun dari tidurnya.
- Pena menari-nari di atas kertas.
- Nyiur melambai di tepi pantai.
7. Hiperbola
Majas yang mengungkapkan suatu hal berlebihan dari kenyataan.
- Tangisnya membanjiri bumi.
- Suaranya memecahkan gendang telinga.
- Sudah kubilang berjuta kali.
- Sejuta kenangan menghampiri lamunannya
8. Eufemisme (ungkapan pelembut)
Majas perbandingan yang melukis¬kan suatu dengan kata-kata yang lebih lembut (terkadang menggunakan ameliorasi) untuk mengganti¬kan kata-kata yang dirasa kasar sehingga tidak menyinggung orang lain.
Contoh:
- Orang itu kini telah berubah akal (gila).
- Dia sedang mengalami kesulitan finansial (dia miskin).
- “Mohon izin, Bu. Saya mau ke belakang sebentar” (mau ke toilet)
- Pramuniaga melayani pelanggannya (penjaga toko).
9. Antonomasia
Antonomasia adalah majas berupa kata-kata yang disampaikan secara implisit berguna untuk mewakili seseorang atau sesuatu yang lebih spesifik. Majas antonomasia biasanya digunakan sebagai panggilan atau gelar yang diketahui orang secara umum.
Contoh:
- “Bapak Proklamator”, mengacu kepada Bung Karno sebagai proklamator kemerdekaan Indonesia.
- “Guru Besar” mengacu pada seseorang yang diakui ahli dalam suatu bidang.
- “Raja Komedi” mengacu pada seseorang yang diakui ahli dalam bidang komedi.
B. Majas Pertentangan
Majas pertentangan adalah kelompok majas yang disampaikan bertentangan dengan maksud yang sesungguhnya atau memiliki makna berkebalikan. Majas pertentangan ada beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Sinekdok
Majas yang menyebutkan suatu bagian yang penting suatu benda (hal) untuk benda atau hal itu sendiri. Majas sinekdok ada 2, yaitu:
a. Sinekdokhe Pars Prototo (sebagian objek untuk menunjukkan keseluruhan)
- Sudah lama tidak kelihatan batang hidungnya.
- Ayah membeli tiga ekor kambing.
b. Sinekdhoke Totem Pro Parte (keseluruhan untuk menunjukkan sebagian)
- Dalam pertandingan itu Indonesia unggul 3 – 0 melawan Thailand.
2. Litotes
Majas yang mengungkapkan sesuatu lebih rendah dengan kenyata¬an yang sebenarnya guna merendah¬kan diri.
- Singgahlah ke gubuk kami.
- Terimalah hadiah yang tidak berharga ini.
3. Paradoks
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan, padahal maksud sesungguhnya tidak karena objeknya berlainan.
Contoh:
- Di dalam keramaian aku masih merasa sepi.
- Ayam mati kelaparan dilumbung padi.
C. Majas Sindiran
1. Ironi
Ironi adalah majas sindiran yang melukiskan sesuatu yang menyatakan sebalik¬nya dari apa yang sebenarnya dengan maksud untuk menyindir orang (sindiran halus).
- Kota itu sangatlah indah dengan sampah-sampahnya.
- Cepat sekali kau datang sampai para undangan meninggalkan tempat ini.
- Hebat sekali siswa itu, sampai harus tinggal kelas.
- Tulisanmu bagus sampai-sampai aku tak bias membacanya.
2. Sinisme
Sinisme adalah majas sindiran yang diungkapkan secara langsung, terang-terangan, dan apa adanya. Majas sindiran ini sifatnya agak kasar.
Contoh:
- Perbuatanmu sangat memalukan bikin malu orang sekampung.
- Tak berkata pun aku sudah bosan mendengar ocehannya.
- Bau mulutmu memabukkan. Apakah kau tidak pernah gosok gigi.
- Tulisanmu seperti cakar ayam.
3. Sarkasme
Sarkasme adalah majas berupa kata-kata sindiran yang sangat kasar. Sarkasme biasanya muncul saat seseorang sedang sangat marah atau kesal sehingga muncul kata-kata makian yang sangat kasar.
Contoh:
- Dasar kerbau! Kerjamu hanya makan dan tidur saja.
- Kamu hanya sampah masyarakat tahu!
- Orang ber-IQ rendah sepertimu tak akan bisa lolos ujian.
D. Majas Penegasan
Majas penegasan merupakan majas yang digunakan untuk menegaskan suatu maksud. Majas penegasan terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Pleonasme
Majas penegasan yang mengguna¬kan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangkan/menggunakan kata yang boros untuk menegaskan sesuatu. Majas ini bersifat redundansi atau penggunaan kata-kata yang boros.
Contoh:
- Peristiwa itu ku saksikan dengan mata dan kepalaku sendiri
- mereka masuk ke dalam kelas.
- Adi naik ke atas pohon untuk mengambil mangga.
2. Repetisi
Repetisi adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali, yang biasanya dipergunakan dalam pidato.
Contoh:
- Pengangguran itu setiap hari hanya mabuk, mabuk dan mabuk.
- Sekali merdeka tetap merdeka.
- Pergi! Pergilah dari hadapanku.
- Dialah yang kutunggu, dialah yang kunanti, dialah yang kuharap.
- Marilah kita sambut pahlawan kita, marilah kita sambut idola kita, marilah kita sambut putra bangsa.
3. Paralelisme
Paralelisme adalah majas penegasan berupa pengulangan kata-kata di awal dan di akhir bait puisi.
Contoh:
Aku sengsara karena judi
Aku melarat karena judi
Paralelisme dibagi dalam dua jenis:
a. Anafora : bila frasa atau kata yang diulang terletak di awal kalimat
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
b. Epifora : bila kata atau frasa yang diulang terletak di akhir kalimat
Kalau kau mau, aku akan datang
Jika kau hendaki, aku akan datang
Bila kau minta, akau akan datang
4. Tautologi
Tautologi adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan kata yang sama artinya (bersinonim) untuk mempertegas arti.
Contoh: Kehendak dan keinginannya akan tercapai jika dia lebih giat lagi berusaha.
5. Klimaks
Majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan uturutan kata-kata yang makin lama makin memuncak pengertiannya.
Contoh: Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua ikut senam pagi.
6. Anti klimaks
Majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan uturan kata-kata yang makin lama makin melemah pengertiannya.
Contoh:
Toko itu menyediakan kebutuhan orang tua, remaja, anak-anak, dan balita.
7. Retorik
Majas mempergunakan kalimat Tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban karena sudah diketahuinya.
Contoh:
- Inikah yang dinamakan cinta?
- Siapa yang akan mengisi kemerdekaan kalau bukan kita, generasi muda?
8. Antitesis
Majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kepaduan kata yang berlawanan arti (antonim).
Contoh: Kaya miskin, tua muda, besar kecil, semua adalah mahluk Tuhan
Itulah jenis-jenis majas bahasa Indonesia beserta contoh-contohnya. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan tinggalkan pesan