Perubahan kurikulum berpengaruh pada kisi-kis dan soal UN 2016. Begitu juga dengan soal UN SMK mata pelajaran bahasa Indonesia. Kisi-kisi dan soal UN bahasa Indonesia SMK 2016 menggunakan tipe irisan KTSP 2006 dan kurikulum 2013. Hal ini disesuaikan dengan perbedaan kurikulum yang dipakai sekolah di Indonesia. Bagi Anda yang membutuhkan Kisi-Kisi UN Bahasa Indonesia SMK 2016 silakan download Bedah Ksi-Kisi UN Bahsa Indonesia SMK 2016
Untuk membantu guru dan siswa dalam persiapan UN bahsa Indonesia SMK 2016, berikut disajikan bedah kisi-kisi UN bahasa Indonesia SMK 2016.
https://drive.google.com/file/d/0B8g_P-8TlyaVTkE2Nnc3M0dzdEU/view?usp=sharing (google drive)
Jangan lupa tinggalkan komen ya.. ^_*
[Enter Post Title
Here]
BEDAH KISI-KISI UN BAHASA INDONESIA SMK 2016 BESERTA PENJABARAN
KISI-KISI
MEMBACA NONSASTRA
A.
Memaknai
Kata/Istilah
Kesalahan penggunaan kata-kata atau
istilah akan penimbulkan penafsiran yang berbeda. Kata-kata atau istilah yang
digunakan dapat berupa kata baku, kata bersinonim, kata berantonim, kata
bermakna konotasi, dan kata yang mengalami perubahan makna.
Istilah berhubungan dengan
pengungkapan makna konsep, proses, keadaan, atau sufat di bidang tertentu.
Makna kata atau istilah yang sering muncul dalam soal UN adalah makna leksikal.
Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan kamus bahasa Indonesia.
B.
Menemukan
gagasan utama/gagasan pokok/ide pokok.
Gagasan pokok/ide
pokok merupakan gagasan yang menjiwai paragraf. Gagasan pokok dapat mudah
ditemukan dengan menjawab pertanyaan "Paragraf tersebut membahas mengenai
apa?", jawaban pertanyaan tersebut merupakan gagasan pokok.
Gagasan utama atau ide pokok paragraf adalah ringkasan dari
kalimat utama. Gagasan utama bersifat luas/umum dan masih membutuhkan
penjelasan.
Langkah-langkah mencari gagasan utama adalah:
a.
Fokuskan perhatian kita pada kalimat nomor 1 dan
5.
b.
Bandingkan kalimat 1 dan 5 untuk menentukan
Kalimat utamanya (nomor 1 atau nomor 5).
c.
Setelah kalimat utamanya ditemukan, maka cari
kata-kata kunci dari kalimat tersebut, sehingga ide pokok paragrafnya
ditemukan.
Jenis penalaran paragraf
·
Paragraf Deduktif adalah paragraf yang gagasan
utamanya terletak di awal paragraf.
Pargraf seperti ini diawali dengan penyajian hal yg umum
disertai,dijelaskan dan diakhiri oleh hal atau sikap yang berlaku khusus.
Berbentuk piramida terbalik.
·
Paragraf Induktif adalah paragraf yang gagasan
utamanya terletak di akhir paragraf.
Paragraf seperti ini diawali dengan hal yg bersifat
khusus berupa penjelasan-penjelasan spesifik atau pemberian contoh-contoh dan
diakhiri dengan kesimpulan umum yang merupakan inti wacana (gagasan utama).
Berbentuk piramida.
Paragraf Induktif terdiri atas:
a. Paragraf
generalisasi: diawali dengan penjelasan2 khusus dan diakhiri dgn kesimpulan
umum
b. Paragraf
sebab akibat: ada hubungan sebab akibat atau akibat sebab.
c. Paragraf
analogi: diawali dengan penjelasan2 yang membandingkan suatu hal atau objek dan
diakhiri dengan kesimpulan umum.
Kalimat penjelas adalah pernyataan
khusus, perincian atau bagian-bagian yang menunjang / menjelaskan kalimat
utama. Sebagai tambahan, berikut ciri-ciri dari kalimat penjelas:
a. Uraian-uraian
kecil
b. Contoh-contoh
c. Peristiwa
ilustrasi
d. Kutipan-kutipan
C.
Menyimpulkan
Isi tersirat Teks Nonsastra
Simpulan adalah suatu pernyataan yang dibuat
berdasarkan ide pokok dan kata kunci dari kalimat penjelas dengan kalimat
sendiri. Intinya, simpulan kata-katanya tidak harus sama persis dengan wacana.
Misalnya
paragraf diibaratkan terdiri dari lima kalimat. Untuk menemukan simpulan
dan isi paragraf tersebut, perhatikan langkah-langkah berikut ini:
1. Fokuskan perhatian kita
pada kalimat terakhir (no.5), jika kalimat terakhir tersebut
mencakup keseluruhan
ide pada paragraf tersebut, maka kalimat terakhir tersebut
merupakan Simpulan dari paragraf tersebut.
2. Jika, pada kalimat
terakhir tidak mencerminkan ide yang mencakup seluruh gagasan
dari
paragraf tersebut, maka pengambilan kesimpulan dilakukan dengan
menggunakan
kata-kata
kunci yang tersebar pada seluruh paragraf tersebut. Simpulan juga dapat
diketahui
dengan menggunakan pertanyaan, Apa yang dibicarakan di dalam paragraf
tersebut.
Contoh:
Berbagai macam industri
menggunakan minyak bumi sebagai bahan bakar untuk menggerakan mesin-mesin
pabrik. Alat-alat transportasi, baik darat, laut maupun udara juga menggunakan
minyak bumi sebagai bahan bakarnya. Sumber energi lain, seperti gas bumi,
batubara memang merupakan sumber energi yang penting pula. Namun,baik dilihat
dari segi nilai ekonomis maupun praktis, minyak bumi masih merupakan sumber
energi utama di samping gas bumi maupun batu bara. Sampai sekarang, minyak bumi
masih merupakan energi yang utama.
Kalimat simpulan paragraf
tersebut adalah ….
A.
satu
D.empat
B.
dua
E. lima
C.
tiga
Pembahasan:
Fokus pertama adalah pada
kalimat nomor 5: Sampai sekarang, minyak bumi masih merupakan energi yang utama.
Kalimat ini merupakan simpulan paragraf di atas karena seluruh kalimat
membicarakan tentang minyak bumi sebagai bahan bakar energi. sementara di
kalimat terakhir tampak jelas bahwa minyak bumi sebagai bahan energi utama.
Jadi, Jawabannya: E. 5
D.
Menemukan inti kalimat.
Cara menemuka inti kalimat
adalah dengan cara membaca teks secara global (skimming).
E.
Mengomentari
pendapat yang terdapat pada teks
Komentar atau tanggapan adalah
sambutan terhadap peristiwa, masalah, ucapan, pendapat, atau gagasan yang dapat
berupa pernyataan setuju, tidak setuju, suka, tidak suka, atau menambahkan
pendapat.
a.
Menentukan
tanggapan logis dan tanggapan yang sesuai dengan isi paragraf.
Tanggapan logis: tanggapan yang masuk akal dan dapat
diterima nalar.
Tanggapan positif: tanggapan yang bersifat optimis,
santun, dan tidak mencela.
Tanggapan negatif: bersifat pesimis dan cenderung kurang
santun.
b.
Menentukan
kalimat yang berbentuk opini/fakta dalam paragraf.
·
Fakta: sesuatu (keadaan atau peristiwa) yang
merupakan kenyataan.
Kunci: logis (masuk akal), objektif
(apa adanya), faktual (berdasarkan kenyataan/kebenaran)
·
Opini: pendapat, pemikiran, asumsi
(perkiraan/ramalan), ditandai dengan penggunaan kata-kata yang bersifat
subjektif, seperti sebaiknya, mungkin, barangkali, menurut pendapat saya, baik,
buruk, mudah, sukar, jahat, indah, dsb.
F.
Menunjukkan
Bukti dari Simpulan
Cara menunjukkan bukti dari sebuah simpulan adalah
dengan membaca simpulan lalu cermati teks hingga menunjukkan bukti yang sesuai.
MEMBACA SASTRA
A.
Menentukan
Kata yang Bermakna Simbolik/Majas/ Kias dalam Karya Sastra
Majas atau gaya bahasa adalah cara
pengarang atau seseorang dalam mempergunakan bahasa sehingga menimbulkan efek
tertentu. Da beberapa majas yang sering muncul dalam soal UN SMK, walaupun
tidak tertutup kemungkinan majas lainnya bisa saja muncul. Majas yang sering
muncul dalam soal UN antara lain: personifikasi, hiperbola, anafora, epifora,
paralelisme. Pleonasme, metonimia, perumpamaan, paradoks, sinekdokhe (par
prototo dan totem proparte), majas sindiran, repetisi, tautologi, antitesis,
klimaks, antiklimaks, litotes, metafora.
Berikut penjelasan tentang beberapa
majas:
1. Perumpamaan/ Simile
Majas perumpamaan/simile adalah majas yang
mengungkapkan hal yang berbeda seolah-olah dianggap sama. Majas ini menyamakan
satu hal dengan mempergunakan kata-kata pembanding: seperti, bagai, sebagai,
bak, semisal, dan seumpama.
Contoh :
Mereka
selalu bertengkar bagai anjing dengan kucing.
2. Metafora.
Metafora seperti majas perbandingan, hanya tidak mempergunakan
kata-kata pembanding.
Contoh:
- Raja siang mengiringi pengajian itu.
- Aku ini binatang jalang
3. Alegori
Alegori adalah majas perbandingan yang memperlihatkan
suatu perbandingan utuh, perbandingan itu membentuk kesatuan yang menyeluruh
(cerita kiasan). Kata-kata dalam alegori biasanya mengandung pelajaran.
Contoh:
- Berhati-hatilah kamu mendayung bahtera hidupmu,
mengarungi lautan penuh bahaya, batu karang, gelombang dan badai
4.
Personifikasi
Majas yang
menyamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berperilaku,
berpikir, dan sebagainya seperti manusia.
Contoh :
- Angin
berbisik-bisik di kegelapan malam.
5. Metonimia
Majas perbandingan yang menggunakan merek dagang atau
nama barang untuk melukiskan sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga
kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan. Metonimia disebut juga kiasan
pengganti nama.
- Kakak
sedang menghisap Sampoerna
6. Sinekdok
Majas yang
menyebutkan suatu bagian yang penting suatu benda (hal) untuk benda atau hal
itu sendiri. Majas sinekdok ada 2, yaitu:
a. Pars Proto
(sebagian objek untuk menunjukkan keseluruhan)
-
Sudah lama tidak kelihatan batang hidungnya.
b. Totem Proto
(keseluruhan untuk menunjukkan sebagian)
-
Dalam kesebelasan itu Indonesia unggul 3 – 0
melawan Thailand.
7. Eufemisme
(ungkapan pelembut).
Majas perbandingan yang melukiskan suatu dengan
kata-kata yang lebih lembut (terkadang menggunakan ameliorasi) untuk menggantikan
kata-kata yang dirasa kasar sehingga tidak menyinggung orang lain.
-
Orang itu kini telah berubah akal (gila)
-
Pramuniaga melayani pelanggannya (penjaga toko)
8. Hiperbola
Majas yang
mengungkapkan suatu hal berlebihan dari kenyataan.
- tangisnya
membanjiri bumi.
9. Litotes
Majas yang
mengungkapkan sesuatu lebih rendah dengan kenyataan yang sebenarnya guna
merendahkan diri.
- Singgahlah
ke gubuk kami.
10. Ironi
Majas
sindiran yang melukiskan sesuatu yang menyatakan sebaliknya dari apa yang
sebenarnya dengan maksud untuk menyindir orang (sindiran halus)
- Kota
itu sangatlah indah dengan sampah-sampahnya
11. Pleonasme
Majas
penegasan yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan
lagi karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangkan/menggunakan
kata yang boros untuk menegaskan sesuatu.
Contoh:
- Peristiwa
itu ku saksikan dengan mata dan kepalaku
sendiri
- mereka masuk ke dalam kelas.
12. Repetisi
Majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan
mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali, yang biasanya dipergunakan
dalam pidato.
Contoh: Pengangguran itu setiap hari hanya mabuk, mabuk dan mabuk.
13. Paralelisme
Majas penegasan seperti reptisi, tetapi dipakai dalam
puisi.
Paralelisme
dibagi dalam dua jenis:
a.
Anafora : bila frasa atau kata yang diulang
terletak di awal kalimat
Aku
manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
b.
Epifora : bila kata atau frasa yang diulang terletak
di akhir kalimat
Kalau kau
mau, aku akan datang
Jika kau
hendaki, aku akan datang
Bila kau
minta, akau akan datang
14. Tautologi
Majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan
menggunakan yang sama artinya (bersinonim) untuk mempertegas arti.
Contoh: Kehendak dan keinginannya akan tercapai
jika dia lebih giat lagi berusaha.
15. Klimaks
Majas yang menyatakan beberapa hal
berturut-turut dengan menggunakan uturutan kata-kata yang makin lama makin
memuncak pengertiannya.
Contoh: Mulai
dari anak-anak, remaja, hingga orang tua ikut senam pagi.
16. Anti klimaks
Majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut
dengan menggunakan uturan kata-kata yang makin lama makin melemah
pengertiannya.
Contoh: Toko
itu menyediakan kebutuhan orang tua, remaja, anak-anak, dan balita.
17. Retorik
Majas mempergunakan kalimat Tanya yang
sebenarnya tidak memerlukan jawaban karena sudah diketahuinya.
Contoh:
Inikah yang dinamakan cinta?
18. Antitesis
Majas yang melukiskan sesuatu dengan
mempergunakan kepaduan kata yang berlawanan arti (antonim).
Contoh: Kaya miskin, tua muda, besar kecil, semua
adalah mahluk Tuhan
19. Paradoks
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah
bertentangan, padahal maksud sesungguhnya tidak karena objeknya berlainan.
Contoh: di dalam keramaian aku masih merasa sepi.
B.
Mengidentifikasi
Unsur Karya Sastra dan Memaknai Isi Tersurat dalam Karya Sastra
Isi tersurat dari karya sastra dapat dilihat dari
unsur-unsur intrinsiknya. Unsur intrinsik cerpen dan novel adalah sebagai
berikut
1.
Unsur
Cerpen/Novel
a.
Unsur Intrinsik
Unsur instrinsik merupakan unsur yang membangun
cerita dari dalam. Unsur instrinsik cerpen dan novel sebagai berikut.
1)
Tema : pokok pikiran pengarang atau inti sari
cerita.
2)
Amanat : pesan yang disampaikan pengarang
3)
Alur : rangkaian peristiwa yang membentuk cerita
dasar hubungan sebab akibat.
Tahapan alur meliputi:
a) Tahap
pengenalan situasi
Pada tahap ini dibicarakan hal-hal sebagai berikut :
·
tempat kejadian cerita
·
waktu terjadinya cerita
·
tokokh-tokoh yang ditampilkan dan hubungan antar
tokoh tersebut
b) Tahapan
konflik (pertikaian)
Tahapan ini diperlihatkan adanya pertikaian-pertikaian,
baik pertikaian yang terjadi dalam diri tokoh, maupun pertikaian tokoh utama
dengan tokoh yang lain.
c) Klimaks
Pada tahapan ini pertikaian yang terjadi dalam cerita
mulai meruncingdan memuncak.
d) Tahap
Peleraian (antiklimaks)
Tahap ini pertikaian mulai diturunkan dengan adanya
solusi/pemecahan masalah yang timbul. Suspen dibuat menurun sehingga ketegangan
mulai mereda.
e) Tahap
Penyelesaian
Tahap ini pengarang memperlihatkan tokoh utama utama tersebut
bertindak untuk menyelesaikan pertikaian yang dihadapinya. Penyelesaian ini
dapat berakhir menyenangkan (happy ending)
atau menyedihkan.
4)
Perwatakan/penokohan : cara pengarang menggambarkan
watak tokoh
5)
Latar
Latar adalah seluruh keterangan mengenai tempat, waktu,
dan suasana sebagai lokasi dan situasi yang melingkungi tokoh-tokoh dalm cerita
6)
Gaya bahasa :corak bahasa yang digunakan
7)
Sudut pandang : cara pandang pengarang dalam
membawakan cerita
8)
Konflik : masalah ynag terdapat dalam cerita
Konflik berkaitan erat dengan peristiwa. Konflik
merupakan kejadian untuk pengembangan plot. Konflik ditentukan oleh
kehadiran masalah dalam cerita. Masalah tersebut membuat cerita menjadi hidup.
b. Unsur ekstrinsik cerpen/novel.
Unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara
tidak langsung memengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur
ekstrinsik berperan sebagai unsur yang memengaruhi bagun sebuah cerita.
Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik pun terdiri atas beberapa
unsur.
1)
Keadaan
subjektivitas individu pengarang misalnya: keyakinan, dan pandangan
hidup
2)
Keadaan
psikologis, pengarang, pembaca, atau penerapan prinsip psikologis dalam
karya.
3)
Keadaan
lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial, dan politik.
4)
Pandangan
hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama, dan sebagainya.
2.
Unsur Drama
Drama merupakan jenis atau genre karya sastra yang
berbentuk percakapan. Unsur drama sebagai berikut.
a. Tema yaitu
inti cerita
b. Amanat
yaitu pesan yang ada dalam drama
c. Alur yaitu
rangkaian peristiwa dalam drama
d. Perwatakan
yaitu watak tiap-tiap tokoh
e. Konflik
merupakan masalah dalam drama
f.
Percakapan yiatu dialog para pemain
g. Tata
artistik yaitu setting panggung
h. Casting
yiatu pemilihan pemeran yang tepat
i.
Acting yaitu perilaku para pemain di panggung
MENULIS TERBATAS
A.
Mengisi
Teks Rumpang dengan Istilah yang Tepat Sesuai Konteks
Suatu ilustrasi/bacaan biasanya
disampaikan mellalui kat-kata atau istilah dengan makna yang lugas. Akan
tetapi, ilustrasi juga dapat disampaikan dengan kata-kata yang bermakna kias,
misalnya dengan menggunakan ungkapan (idiom) atau peribahasa.
Ungkapan (idiom) adalah kata atau
gabungan kata dengan makna khusus dan tidak dapat diterjemahkan secara harfiah
ke dalam bahasa atau situasi lain.
Contoh: Ia telah pergi
untuk selama-lamanya
Kata “pergi” merupakan ungkapan yang berarti “meninggal”
Peribahasa adalah kelompok kata atau
kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan sesuatu dan berisi pelajaran
hidup.
B.
Melengkapi
Unsur Teks Eksposisi
Karangan Eksposisi adalah bentuk karangan yang memaparkan,
memberi keterangan, menjelaskan, memberi informasi sejelas-jelasnya
mengenai suatu hal.
Ciri-ciri/karakteristik karangan Eksposisi
·
Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya
·
Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi (data faktual)
·
Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan kehendak
·
Menunjukkan analisis atau penafsiran secara
objektif terhadap fakta yang ada
·
Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang proses
kerja sesuatu
C.
Melengkapi
Unsur Teks Deskripsi
Karangan Deskripsi ialah karangan yang menggambarkan atau
melukiskan sesuatu seakan-akan pembaca melihat, mendengar, merasakan,
mengalaminya sendiri.
Ciri-ciri / karakteristik karangan deskripsi
·
Melukiskan atau menggambarkan suatu objek tertentu
·
Bertujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada diri
pembaca agar seolah-olah mereka melihat, merasakan, mengalami atau mendengar,
sendiri suatu objek yang dideskripsikan
·
Sifat penulisannya objektif karena selalu mengambil objek
tertentu, yang dapat berupa tempat, manusia, dan hal yang
dipersonifikasikan
·
Penulisannya dapat menggunakan cara atau metode realistis
(objektif), impresionistis (subjektif), atau sikap penulis
D.
Melengkapi
Unsur Teks Narasi dan Mengurutkan peristiwa dalam cerita
Karangan narasi ialah
karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa yang biasanya disusun
menurut urutan waktu. Yang termasuk narasi ialah cerpen, novel,
roman, kisah perjalanan, biografi, otobiografi.
Ciri-ciri/karakteristik karangan Narasi
·
Menyajikan serangkaian berita atau peristiwa
·
Disajikan dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan
peristiwa awal sampai akhir
·
Menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian
E.
Melengkapi
unsur karya sastra lama (pantun)
Pantun adalah bentuk puisi lam yang terdiri dari empat
larik dengan rima ab-ab
Ciri-ciri pantun adalah sebagai berikut:
1. Tiap
baris terdiri dari emapt baris
2. Tiap
baris terdiri 8-10 suku kata atau 4 hingga 5 kata
3. Bersajak
ab-ab
4. Baris
pertama dan kedua merupakan sampiran
5. Baris
ketiga dan keempat merupakan isi
F.
Melengkapi
Unsur Ulasan (Cerpen, Novel Atau
Film)
Teks ulasan film atau resensi film
adalah karangan yang berisi ulasan, pertimbangan, atau pembicaraan suatu karya
(mis: film). Teks ulasan terkadang disajikan tidak lengkap atau rumpang. Untuk
melengkapinya, Anda harus memahami isi teks. Kalimat yang tepat untuk mengisi
teks yang rumpang adalah kalimat yang berkaitan dengan kalimat sebelum dan
sesydahnya. Caranya, Anda harus menemukan kata/kalimat kunci yang bisa
dijadikan jembatan untuk menghubungkan maksud cerita.
G.
Melengkapi
Unsur Teks Prosedur (Langkah) dan Mengurutkan Langkah-langkah pada Teks
Prosedur
Teks prosedur adalah jenis teks yang
menjelaskan sebuah proses/langkah-langkah dalam membuat atau mengoperasikan
sesuatu. Biasanya untuk indikator ini, pertanyaan yang akan muncul pada soal UN
adalah “pernyataan yang sesuai atau pernyataan yang tidak sesuai dengan teks
prosedur” atau “menyusun teks prosedur”. Jadi dalam menjawab soal seperti ini
hati-hatilah dengan kata “sebelum” dan “sesudah”.
Struktur teks prosedur terdiri atas
tujuan dan langkah-langkah. Tujuan adalah hasil akhir yang akan dicapai.
Sedangkan langkah-langkah adalah cara-cara yang ditempuh agar tujuan tercapai.
·
Sebuah paragraf terkadang disajikan rumpang atau tidak
lengkap. Sebuah paragraf rumpang dapat dilengkapi dengan kata, frasa, atau
kalimat. Kata, frasa, atau kalimat yang digunakan untuk melengkapi paragraf
rumpang harus sesuai dengan isi paragraf.
H.
Memvariasikan
Kata dan Kalimat yang Bermakna Sama
Beberapa jenis kata memiliki variasi
kata yang bermakna sama, yaitu:
1.
Sinonim
Sinonim adalah
beberapa kata yang memiliki bentuk berbeda tetapi memiliki arti yang sama atau
mirip. Sinonim disebut juga persamaan kata.
2.
Konotasi
Konotasi adalah
kata-kata yang menimbulkan nilai rasa (halus atau kasar) pada seseorang atau
makna yang bukan sebenarnya.
Contoh:
Makna denotasi
(sebenarnya)
|
Makna Konotasi
(makna tambahan)
|
Mati
|
Meninggal, gugur, mampus
|
Kelompok
|
Komplotan, gerombolan
|
Bekas
|
Mantan, eks
|
Konotasi ada dua,
yaitu:
a. Ameliorasi,
yaitu kata-kata berkonotasi halus, baik, tinggi, dan positif.
b. Peyorasi,
yaitu kata-kata berkonotasi kasar, buruk, rendah, dan negatif.
Contoh:
Ameliorasi
|
Peyorasi
|
Istri
|
bini
|
Tunanetra
|
buta
|
Tunawisma
|
gelandangan
|
I.
Menyusun
Paragraf dari Beberapa Data
Pada soal UN akan disajikan beberapa
data seperti gagasan utama dan gagasan-gagasan penjeles. Anda harus mampu
menyusunnya menjadi paragraf yang padu. Agar paragraf padu, digunakan kata
hubung atau konjungsi yang tepat. Berikut ini merupakan jenis-jenis kata hubung
(konjungsi)
1. Konjungsi
koordinatif
Contoh: dan, serta, tetapi, sedangkan, melainkan, atau
2. Konjungsi
korelatif
Contoh:
a. baik…
maupun…
b. tidak…tetapi…
c. bukan…..melainkan…
d. sedemikian….sehingga…..
e. entah….entah…
f.
jangankan….pun
3. Konjungsi
subordinatif
a. konjungsi
waktu
ketika, sejak, sambil, selagi, sesudah, sebelum
b. konjungsi
urutan waktu
lalu, selanjutnya, kemudian, setelah itu
c. konjungsi
syarat
jika, kalau, jikalau, apabila, asal, bila, manakala
d. konjungsi
tujuan
agar supaya, biar
e. konjungsi
pengandaian
andai, andaikata, seandainya, umpamanya
f.
konjungsi perlawanan
biarpun, walaupun, meskipun
g. konjungsi
pembandingan
seperti, seolah-olah, seakan-akan
h. konjungsi
sebab
sebab, oleh karena itu, oleh sebab itu, karena
i.
konjungsi akibat/hasil
sehingga, akibatnya, maka, sehingga, sampai
j.
konjungsi atributif/perluasan
yang
k. konjungsi
perbandingan
sama…. dengan…., lebih….daripada…
l.
konjungsi komplemetif
bahwa
4. konjungsi
antarkalimat
contoh: oleh karena itu, walaupun demikian, akan tetapi,
lagi pula, kecuali itu, selain itu, disamping itu, bahwasanya
J.
Menyusun
Simpulan dari Beberapa Data
1.
Pernyataan
umum
Berisi penjelasan
umum tentang hal yang akan dibahas.
2.
Deretan penjelas
Berisi penjelasan
tentang sesuatu atau data-data yang berkaitan dengan teks
3.
Interpretasi
Pengambilan
kesimpulan dari pernyataan umum dan deretan penjelas. Pada teks anekdot,
interpretasinya berupa pelajaran yang diperoleh dari cerita (koda)
MENYUNTING KATA, KALIMAT, DAN PARAGRAF
A.
Mengidentifikasi
Kesalahan Penggunaan Kata
Dalam menulis sebuah kalimat,
paragraf atau bacaan, seseorang harus pandai dalam pemilihan kata atau diksi
yang tepat. Pemilihan kata yang tepat akan membuat kalimat, paragraf, atau
bacaan tersebut jelas dan maksudnya dapat dimengerti orang lain. Diksi
atau pilihan kata yang digunakan seseorang harus dapat menyampaikan maksud
orang tersebut. Selain itu menggunakan diksi yang sesuai, kalimat, paragraf,
atau bacaan dapat menggunakan ungkapan. Jika terdapat kesalahan
penggunaan kata harus dilakukan penyuntingan
Dalam menyunting kata dalam
paragraf, sebaiknya berpedoman pada KBBI, EyD, dan Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Kata yang disunting dalam paragraf berupa kata tidak baku.
Contoh: resiko, disunting menjadi
risiko
B.
Mengidentifikasi
kesalahan penggunaan konjungsi
Konjungsi yang dianggap tidak tepat dan harus disunting
sebaiknya berpedoman pada kaidah yang berlaku. Penyuntingan konjungsi
memperhatikan makna dan maksud kalimat.
C.
Mengidentifikasi
kesalahan penggunaan kalimat dan memperbaiki kesalahan penggunaan kalimat
(kalimat rancu, ambigu, pemborosan, tidak logis, tidak lengkap)
Kalimat dianggap tidak tepat dan harus diperbaiki jika
tidak efektif. Beberapa sebab terjadinya kalimat tidak efektif adalah sebagai
berikut:
a. Makna
tidak logis: ia adalah pemenang terbaik ketiga, saya saling bersalaman
b. Bentuk
kata tidak sejajar: kata yang sejajar biasanya menggunakan imbuhan yg sama
c. Menggunakan
subjek ganda: majalah itu saya sudah baca
d. Bentuk
jamak yang diulang atau berlebihan (pemborosan): para majelis guru-guru
e. Penggunaan
kata depan dan kata tugas yang tidak perlu
f.
Salah nalar: yang punya HP mohon harap dimatikan
g. Pengaruh
bahasa daerah atau bahasa asing.
h. Kerancuan:
nilainya sangat baik sekali
D.
Mengartikan
Kata
Dalam mengartikan
kata dibutuhkan pengetahuan yang luas. Untuk itu Anda harus sering membaca.
Selain itu, latihlah penalaran agar mudah dalam mengartikan kata
E.
Menggunakan
istilah dalam kalimat
Pada indikator ini biasanya disajikan paragraf rumpang.
Anda diperintahkan mengisi paragraf atau kalimat yang rumpang dengan istilah
yang tepat.
F.
Menggunakan
kata bentukan (mengisi sesuai kaidah bentukan kata)
1.
Penggunaan
verba material, relasional, dan mental
a. Verba
material adalah verba yang menunjukkan fisik atau peristiwa.
Contoh: Ayah menelan
obat penyakit demam.
b. Verba
relasional adalah verba yang menunjukkan hubungan intensitas.
Contoh: Para pengedar narkoba mempunyai pangsa pasar tersendiri.
c. Verba
mental adalah verba yang digunakan untuk mengajukan klaim.
Contoh: Menurut
pendapat saya, pengedaran narkoba di Indonesia sudah dikategorikan siaga
satu.
2.
Menentukan
kata bermakna proses atau hasil
a.
Kata berimbuhan ke-an sering digunakan untuk
menandai informasi proses.
b.
Kata berakhiran -an sering dipakai untuk
menandai hasil.
MENYUNTING EJAAN DAN
TANDA BACA
A.
Mengidentifikasi
kesalahan penggunaan ejaan (judul, sapaan/gelar, nama kota, kata depan)
1.
Penulisan
judul
Judul yang digunakan sebagai “kepala” karangan harus
ditulis secara jelas dan tegas. Judul karya ilmiah atau karya tulis ditulis
dengan aturan sebagai berikut:
1) Semua
huruf pertama setiap kata dalam judul ditulis dengan huruf kapital kecuali
huruf pertama kata depan (di, ke, dari) atau kata hubung (pada, dengan, dalam,
terhadap, untuk, yang, atau)
2) Judul
yang berupa kata ulang utuh ditulis dengan diawali huruf kapital.
Contoh: Penetapan Undang-Undang Ketatanegaraan
3) Judul
yang berupa kata ulang berimbuhan diawali dengan huruf kapital untuk kata
pertamanya dan kata keduanya tidak diawali huruf kecil.
Contoh: Manfaat Buah-buahan untuk Kesehatan
2.
Penulisan
sapaan, gelar, dan singkatan
1) Sapaan
Kata sapaan digunakan untuk menyapa seseorang. Kata
sapaan dibedakan menjadi kata sapaan penunjuk kekerabatan dan kata sapaan
hormat. Huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman
yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan menggunakan huruf kapital
Misalnya:
-
"Kapan
Bapak berangkat?" tanya Harto.
-
Adik
bertanya, "Itu apa, Bu?"
-
Surat
Saudara sudah saya terima.
-
"Silakan
duduk, Dik!" kata Ucok.
-
Besok
Paman akan datang.
-
Mereka
pergi ke rumah Pak Camat.
-
Para
ibu mengunjungi Ibu Hasan.
2) Gelar
dan Singkatan
-
Gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang
diikuti nama orang ditulis dengan huruf kapital
Contoh: Raden Mas Joko, Pendeta Johanes, Haji Sulaiman
-
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat huruf
pertamanya huruf kapital dan diikuti
dengan tanda titik.
Misalnya:
-
A.S.
Kramawijaya
-
Muh.
Yamin .
-
M.B.A. master of business
administration
-
M.Sc.
master
of science
-
S.E. sarjana ekonomi
-
S.Akt sarjana
akuntansi
-
Bpk. Bapak
-
Sdr. Saudara
-
Kol. Kolonel
-
Yth. Yang
terhormat
3.
Penulisan
Kata depan (preposisi)
·
Kata
depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai
satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
-
Kain
itu terletak di dalam lemari.
-
Bermalam
semalam di sini.
-
Di mana Siti sekarang?
-
Mereka
ada di rumah.
-
Ia
ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
-
Ke mana saja ia selama ini?
-
Kita
perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
-
Mari
kita berangkat ke pasar.
-
Saya
pergi ke sana-sini mencarinya.
-
Ia
datang dari Surabaya kemarin.
2.
Mengidentifikasi
kesalahan penggunaan tanda baca
Tanda koma
dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
E. Ratulangi,
S.E.
Ny. Khadijah,
M.A.
PENJABARAN KISI-KISI
UN BAHASA INDONESIA BERDASARKAN SPM ERLANGGA
No
|
Kisi-kisi
|
1
|
Menentukan isi yang
dibicarakan dalam kutipan teks anekdot
|
2
|
Menentukan hal lucu
yang terdapat dalam teks anekdot
|
3
|
Menentukan antonim
kata
|
4
|
Interpretasi kutipan
teks anekdot
|
5
|
Menyusun teks
eksposisi yang diacak
|
6
|
Mengisi paragraf
rumpang pada kutipan teks eksposisi dengan konjungsi yang tepat
|
7
|
Mengisi kalimat
rumpang dengan kata berimbuhan yang tepat
|
8
|
Menentukan gagasan
penjelas teks eksposisi yang sesuai gagasan utama
|
9
|
Mengisi paragraf
rumpang dengan kalimat yang tepat
|
10
|
Menentukan
pronomina/kata ganti orang yang tepat untuk mengisi teks eksposisi yang
dirumpangkan
|
11
|
Menentukan simpulan
teks laporan observasi
|
12
|
Mengisi teks laporan
observasi yang dirumpangkan dengan konjungsi yang tepat
|
13
|
Menentukan pernyataan
umum yang tepat
|
14
|
Menentukan makna
istilah dalam kutipan teks laporan observasi
|
15
|
Menentukan pernyataan
yang sesuai dengan teks prosedur kompleks
|
16
|
Menyusun teks
negosiasi yang diacak
|
17
|
Menentukan kalimat
pembuka teks negosiasi
|
18
|
Menentukan kalimat
yang bersifat persuasif
|
19
|
Menentukan kalimat
yang santun pada teks negosiasi
|
20
|
Menentukan inti teks
negosiasi
|
21
|
Menentukan amanat yang
terkandung dalam kutipan teks cerpen
|
22
|
Menentukan makna
ungkapan
|
23
|
Menentukan majas yang terdapat
dalam teks cerpen
|
24
|
Menetukan latar cerpen
|
25
|
Menentukan ciri suatu
teks cerpen
|
26
|
Menyusun
kalimat-kalimat menjadi teks cerpen
|
27
|
Menentukan struktur
pantun (sampiran dan isi)
|
28
|
Memperbaiki urutan
teks pantun yang diacak
|
29
|
Menentukan tema pantun
|
30
|
Mengisi bagian pantun
yang rumpang
|
31
|
Menetukan makna kata
yang terdapat pada pantun
|
32
|
Menentukan inti
kutipan teks biografi
|
33
|
Menentukan verba (kata
kerja) yang terdapat dalam teks
|
34
|
Menentukan inti/isi
teks eksplanasi
|
35
|
Menentukan kata
baku/tidak baku pada teks
|
36
|
Menemukan kalimat
tidak efektif pada teks
|
37
|
Mengisi teks
eksplanasi yang dirumpangkan dengan konjungsi yang tepat
|
38
|
Menetukan inti/isi
kutipan teks ulasan film
|
39
|
Menentukan kalimat
simpleks/tunggal dalam teks
|
40
|
Menentukan inti/isi
kutipan dialog/drama
|
41
|
Menentukan pernyataan
yang sesuai dengan teks biografi
|
42
|
Menentukan tema
kutipan teks sejarah
|
43
|
Menetukan makna
istilah/ungkapan
|
44
|
Menentukan ciri teks
berita
|
45
|
Menentukan tanggapan
logis kutipan teks berita
|
46
|
Menentukan inti teks
iklan
|
47
|
Menetukan kalimat yang
berisi opini pada teks editorial
|
48
|
Menentukan inti/isi
teks editorial
|
49
|
Menentukan nilai
pendidikan yang terkandung dalam teks novel
|
50
|
Menetukan unsur
intrinsik yang paling dominan dalam kutipan novel
|
Bisa juga langsung download Bedah Kisi-Kisi UN Bahasa Indonesia SMK 2016 berikut
https://drive.google.com/file/d/0B8g_P-8TlyaVTkE2Nnc3M0dzdEU/view?usp=sharing (google drive)
Jangan lupa tinggalkan komen ya.. ^_*
SEMOGA BERMANFAAT! ^_^
Jangan lupa sertakan situs elinbi.blogspot.com jika mengambil bahan ini ya..